Lambang daerah berbentuk perisai segi lima, Lukisan di dalam lambing daerah
tersebut terdiri atas :
- Kata-kata : Bukittinggi
- Bintang segi lima bersinar di bagian atas puncak
- Gonjong Rumah Adat 4 (empat)
- Gobah berlenggek (bertingkat) dua
- Carano dengan sirih lengkap bertutupkan dalamak berjumbai 17.
- Bukit-bukit, dua pada latar belakang dan tujuh pada bagian muka.
- Garis tengah terjal nagari 8.
- Motto “Saayun Salangkah”
1
I.
Arti dan bentuk :
Bentuk perisai segi
lima, melambangkan bahwa kota Bukittinggi adalah merupakan salah satu
daerah-daerah Kota otonom dalam lingkungan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 1945 dan juga berarti pengabdian
terhadap Bukittinggi sebagai nama asli yang bergengsi dan berkepribadi dan yang
ditegakkan di atas pandam perkuburan “Stads Gemeente fort de Kock”. Perisai
bersegi lima berwarna merah berpinggir hitam sekelilingnya melambangkan
keberanian dan ketahanan.
II.
Arti gambar / lukisan :
a. Bintang segi lima
berwarna kuning melambangkan :
1.
Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Republik Indonesia
2.
Dalam Negara Repulik Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini telah
tercakup Propinsi Sumatera Barat dan Kota Bukittinggi.
b. Jumlah garis-garis
gambar pada lukisan lambang, melambangkan hari bersejarah Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 – 8 1945 adalah sebagai berikut :
1.
Jumlah dalamak penutup carano berjumlah 17 (tujuh belas)
2.
Garis-garis terjal ngarai berjumlah 8 (delapan)
3.
Lantai dan lenggel mesjid berjumlah 4 dan gonjong rumah adat dengan gobah
mesjid berjumlah 5.
c. Bukit dan ngarai
melambangkan keadaan geografis wilayah Kota Bukittinggi dengan perincian
sebagai berikut :
1.
Bukit yang 27 (dua puluh tujuh) buah banyaknya diproyeksikan dengan lukisan
2 bukit pada bagian belakang dan 7 buah bukit dihadapannya yang melambangkan
bahwa kota Bukittinggi berada dalam kawasa bukit yang berjumlah 27
buah.
2.
Ngarai dilukiskan dengan garis putih miring beriak. Warna garis putih
dengan warna hijau dibelakangnya mengartikan bahwa ngarai tersebut
adalah bersifat alamiah (asli) dan bukan ciptaan manusia dan melambangkan
bahwa kota Bukittinggi mempunyai geografis yang permai, sedangkan warna hijau
melambangkan kesuburan tanah wilayah kota Bukittinggi.
d. Gonjong Rumah Adat dan
gobah Mesjid berlenggek tiga serta lukisan carano dengan sirih lengkap bertutup
dalamak berwarna merah melambangkan kebudayaan dan falsafah hidup penduduknya.
Kalau istilah sekarang dikenal dengan sebutan “mental/spiritual”, maka Bukittinggi
dilambangkan dengan “Gonjong Rumah Gadang Maharam” sebagai lambang
kebudayaan asli, sedangkan nama gonjong itu sendiri adalah “tanduak kabau
jalang” Gonjong yang hitam warnanya didampingi gobah berlenggek tiga berwarna
putih yang merupakan lambang agama, mengandung pengertian bahwa adat yang kawi
syarak yang lazim adalah “Sanda manyanda” keduanya. Sedangkan maksud melukiskan
gonjong dibelakang dan gobah dimuka menunjukkan bahwa Adat lebih tua usianya di
Kuai dan pada Agama. Lenggek yang tiga pada gobah melambangkan “Urang Nan
Tigo Jinih”, rahasia yang tersembunyi di dalam lenggek adalah “ Syarak
mendaki-Adat menurun”.
Lukisan carano dengan sirih lengkap bertutupkan dalamak berwarna merah sengaja
digambarkan pada bagian muka, melambangkan:
a.
Kapalo Baso (Istana bahasa pembuka tutur)
b.
Pananti halek tibo (Sosial, Solider)
c.
Sirieh langkok (5 jenis) melambangkan imbangan hidup, selaras dan seresam
rancak diawak katuju diurang
d.
Lamak sirieh dilega carano dengan hikmah “kato basamo dipaiyokan bulek kato
kamupakaik”
III. Arti Motto
Motto “Saayun Salangkah” adalah esensi dari kata-kat adapt menggambarkan persatuan dan kesatuan.
IV.
Arti warna
Warna dalam lambang daerah ini berarti / bermakna :
Kuning : Adalah lambang keagungan
dan keluhuran
Hitam : Adalah lambang
ketahanan.
Putih : Adalah lambang kesucian
(putih tahan susah)
Merah : Adalah lambang kesucian
(putih tahan susah)
Hijau : Adalah lambang kesuburan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar