Tentang Bukittinggi

Kota Bukittinggi pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de Kock dan juga pernah dijuluki sebagai Parijs van Sumatra. Kota yang hari jadinya diperingati setiap tanggal 22 Desember ini pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatera Barat sampai tahun 1978 (de jure), serta pernah juga ditunjuk menjadi ibu kota negara Republik Indonesia ketika Yogyakarta (yang saat itu merupakan ibu kota negara) diduduki oleh Belanda pada tanggal 19 Desember 1948. Pemindahan ibu kota negara dari Yogyakarta ke Bukittinggi tersebut dikenal dengan masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, yang kemudian pada tahun 2006 ditetapkan oleh pemerintah sebagai Hari Bela Negara.

Bukittinggi memiliki luas wilayah 25,24 km². Secara de jure berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1999 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam, luas Bukittinggi menjadi 145,29 km² dengan masuknya beberapa kenagarian di Kabupaten Agam ke dalam wilayah administratifnya. Namun sampai saat ini perubahan batas wilayah tersebut belum terlaksana dikarenakan terdapatnya keberatan sebagian masyarakat Kabupaten Agam, salah satunya  kekawatiran atas dampak yang ditimbulkannya kepada tradisi adat nagari. Dengan luas wilayah saat ini, Bukittinggi merupakan kota terbesar ke-6 di Provinsi Sumatera Barat.

Kota Bukittinggi merupakan salah satu pusat perdagangan grosir terbesar di pulau Sumatera. Kota ini memiliki 4 (empat) pasar induk yang mendukung aktivitas perekonomiannya, yakni Pasar AtasPasar Bawah, Pasar Banto dan Pasar Smpang Aur. Bukittinggi merupakan kota dengan PDRB terbesar ke-2 di Sumatera Barat setelah Kota Padang, dengan sektor perdagangan dan jasa menjadi sektor dominan yang menggerakkan aktivitas perekonomian masyarakatnya.    

Kota ini merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri Republik Indonesia, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan Assaat yang masing-masing merupakan proklamator dan pejabat presiden Republik Indonesia. Selain sebagai kota perjuangan, Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata. Obyek wisata yang ramai dikunjungi adalah Jam Gadang, yang pada masa kolonial Belanda bernama The Kurai Wilhelmina Tower, yaitu sebuah menara jam yang terletak di jantung kota sekaligus menjadi markah tanah (landmark) kota. Selain Jam Gadang, obyek wisata utama kota Bukittinggi adalah Taman Margasatwa dan Budaya KinantanTaman Panorama yang di dalamnya terdapat Lobang Jepang, dan lain sebagainya. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar